Pasang Iklan Anda Disini

Iklan bersama kami

Shalat Melahirkan Cinta

14/9/2024, 13.06.35 - oleh Pengurus Pusat

Shalat Melahirkan Cinta

Shalat menempati urutan kedua dalam rukun Islam setelah syahadat. Kata sembahyang juga biasa dimaknakan dengan shalat, hanya saja, kata ini kurang sesuai dengan rukun dan syarat sah shalat. Menyembah Allah swt tidak hanya dengan seremonial tetapi seluruh jiwa, raga dan gerakan-gerakan kita juga bagian dari shalat.Lantas apa itu shalat?


Shalat berasal dari kata shalla, yushalli, shalatan yang memiliki makna dan ini yang sangat familiar yaitu doa atau berdoa atau meminta ampun kepada Sang Pemilik Alam. Makna lain shalat adalah membakar. Shalat berdasarkan syara adalah perbuatan tertentu atau khusus yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dengan sejumlah syarat dan rukunnya. Seluruh bacaan dalam shalat semua terkandung doa atau munajat, harapan, dan cita-cita kepada Allah swt. Shalat harus dimulai dengan wudhu artinya pensucian raga/jasmani manusia yang sesudah wudhu juga diakhiri dengan doa. 


Kata lain yang semakna dengan shalat adalah shilat atau menghubungkan atau menyambungkan. Dari kata shilat ini lahir kata shilaturrahim (menyambungkan kasih sayang), shilatul fikri (menyambungkan pikiran), shilaturruh (menyambungkan roh/jiwa). Orang yang baik shalatnya umumnya baik hubungannya dengan sesama manusia, cara pandangnya baik dan cenderung mengutamakan nilai-nilai ruh perjuangan dan hakekat. 


Orang yang belum mendapatkan hidayah untuk melaksanakan shalat hakekatnya adalah orang yang belum menyempurnakan hubungannya dengan sesama manusia. Biasanya orang yang silaturrahimnya terpelihara pasti juga berdampak pada cintanya pada makhluk-makhluk Allah yang lain. Bagi yang istiqamah pada shalatnya akan menujukkan jati dirinya sebagai orang beriman dan berakhlak mulia, cara pandangnya pada sesuatu sangat universal, ia lebur dalam nila-nilai kemanusiaan tanpa pandang sekat-sekat perbedaan apapun. Orang yang senentiasa memelihara shalatnya biasanya orang yang tidak gampang menyalahkan orang lain, cenderung juga diterima oleh siapapun bahkan punya jiwa sosial yang tinggi. Shalat merupakan sesuatu yang universal. Lalu seperti apa arti shalat yang kedua yaitu, membakar? 


Syahadat adalah ibadah yang hanya melibatkan ucapan, pikiran dan hati (tasdiiqu bilqalbi, iqraru billisan wa amalun bil arkan). Tangga berikutnya dari rukun Islam yaitu shalat ditambah dengan melibatkan gerakan tubuh. Shalat yang dilakukan oleh mereka yang sehat jasmani terdiri dari gerakan yang melibatkan berbagai anggota tubuh, dari kepala hingga kaki. Shalat dengan melibatkan komponen utuh manusia ini merupakan proses pembakaran yang sempurna yang berguna untuk meyehatkan jiwa (hati dan akal) dan tubuh. Shalat yang dilaksanakan dengan rutin minimal sesuai jadwal, yakni lima kali sehari semalam akan membentuk kualitas manusia yang sehat jasmani dan rohaninya. Secara ruhani orang yang mendirikan shalat akan terus melakukan pembakaran diri sehingga ia tumbuh menjadi ornag yang bersih dan kuat, bagaikan batu bata yang dibakar atau besi yang ditempa dengan pemanasan untuk dibentuk menjadi sesuatu yang lebih berguna dan berharga. Pembakaran berarti membakar emosi, nafsu dan pikiran-pikiran tidak benar agar bisa hangus sehingga yang tersisa adalah abu kemuliaan. Orang yang melakukan shalat bukan saja ia melakukan pertaubatan atau pembrsihan tapi juga ia sedang melakukan pensucian diri. Orang yang suci diri, jiwa dan raganya pada akhirnya tanhaa anil fahsyai wal munkar (mencegah dari gampangnya melakukan kemungkaran).


Paduan dari gerakan jasmani dan ruhani dalam shalat itulah yang membentuk manusia sebagai makhluk pribadi. Bukan manusia sebenarnya bila ia hanya ruh, demikian juga bila ia hanya jasmani. Manusia yang hanya memperhatikan salah satunya adalah manusia yang tidak memiliki kepribadian atau minimal manusia yang kurang atau kurang dalam menjadi manusia. Manusia yang hanya memperhatikan dan mengurus badannya adalah laksana mayit yang berjalan. 

Kita yang melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan ini seperti apa cara kita membakar nafsu-nafsu ammarah kita. Hanya kita yang tahu akan keadaan kondisi batin kita. Selamat berpuasa, semoga kita selalu dalam keberkahan Allah swt.

Allahu a’lam bimuradihi.